Hi February... :)
Inilah senang dan kesedihan yang membaur secara bersama. Senang
karna masa depanku sudah di depan mata, tinggal bagaimana aku memanfaatkan dan
menggapainya. Sedih ketika aku harus meninggalkan zona nyamanku, semua yang
berharga yang aku miliki sejenak untuk masa depanku. Kota kecilku, keluarga
besarku, dan semua teman-teman terbaik yang pernah aku miliki.
Kerasnya kehidupan di Ibukota harus aku taklukan, sedikit
lebey memang, tapi itulah sederet kata-kata orang tentang ibukota, yang katanya
lebih kejam daripada ibu tiri. :D
Hari demi hari aku lewati disini, dengan rutinitas yang
lumayan membosankan bagiku, pagi-pagi harus sudah siap berangkat ke kantor dan
sore-sore banget baru pulang, hampir maghrib baru sampai kos dan udah tak kuasa
menahan capek dengan rutinitas yang ada dari kerjaan. Hari kerja seperti biasa
dari Senin-Jumat yang berlangsung sangat lama. Dan bisa beristirahat sejenak
dari rutinitas hanya di hari Sabtu dan Minggu yang berlangsung begitu cepat
yang biasanya ku habiskan main bersama teman-temanku, lumayan asik dan menghibur.
Hidup mandiri di kamar kosan tanpa keluarga yang mendampingi
adalah sebuah hal berat untukku, jauh dari mereka merupakan hal yang sangat aku
keluhkan, apalagi ditambah beban kerja yang akan menjadi tanggung jawabku ke
depan. Pekerjaan baru, lingkungan baru, rekan-rekan baru yang akan banyak dari
kalangan atasan yang sebagian orang tua yang harus dihormati dan banyak di
patuhi. Yang dulunya dirumah semua sudah tersedia, makan tak perlu mencari sendiri, mau ini itu bisa tinggal suruh, mencuci baju, perlengkapan, bahkan kamar sudah ada yang menata. Dan sekarang semua harus ku lakukan sendiri, sendirian, mandiri, mencari uang sendiri dan membelanjakannya dengan penuh tanggung jawab sendiri, bahkan harus menabung juga dong yang banyak malah :D. But nevermind, sekiranya semua ini akan terasa mudah kalau ada keluarga di sampingku,
namun, ah ya sudahlah sudah semestinya semua berjalan seperti ini. Dulu saat
aku masih belajar di Universitas di Solo saja aku agak ga betah, padahal jaman
kuliah tau bangetlah siang cuma kuliah beberapa jam selebihnya kumpul sama
temen-temen, yang main atau entah hanya sekedar menghabiskan waku bersama,
tidak ada beban, belajar aja kalau pas mau ujian aja. Tapi keluarga adalah
segalanya, pulang ke rumah adalah rutinitas bagiku, jarak tempuh perjalanan +
3 jam aku lewati dengan pulang setiap 2 minggu sekali di weekend, dan itu
harus. Dan sekarang, Jakarta-Magelang ditempuh dalam waktu 8 jam dengan kereta,
itu udah paling cepat, aku harus pulang kapan? Dengan kepadatan rutinitasku disini.. Mom, you know how bad i miss you?
Sudah lumayan aku menjalani rutinitas seperti ini, kiranya
aku sudah agak bisa beradaptasi dengan semuanya, namun ternyata belum. Aku
masih sering mengeluh dalam diriku sendiri. Ingin rasanya meninggalkan semua
ini, tapi bagaimana? Ini juga demi masa depanku sendiri. Itulah tekad yang
seringnya menguatkanku. Kalo udah begini,mau tak mau aku harus menjalaninya
dengan ikhlas, berharap yang terbaik untuk semuanya. Hanya masih sering
teringat dengan kesalahan-kesalahan di masa lalu yang terus menghantui, betapa
dulu aku sangat menjadi orang yang tidak baik, namun toh sekarang aku sudah
menyadari dan sudah berusaha menjadi lebih baik, tapi kenapa hati ini tak
kunjung menjadi tenang untuk melakukan semua aktifitasku disini? Mom, i need
you..
Jujur, dari dulu tak pernah terlintas untuk hidup lebih lama
di kota ini, kota yang sangat penuh sesak dengan para penduduk yang kebanyakan
orang rantau yang sedang mencari rejeki sepertiku. Aku memang tak begitu suka
dengan kehidupan perkotaan, yang aku suka adalah kehidupan damai di desa, desa tempatku dibesarkan tentunya.
Disini, aku tak bisa melihat hijau pepohonan rindang yang menghiasi jalanan,
hijau bukit dan gunung yang menjadi pemandangan favoritku, hamparan sawah hijau
lapang yang bisa menjadi penyegar bagi mataku. Yang ada tak lain hanya jalanan
besar, gedung bertingkat pencakar langit, lalu lintas kendaraan yang memadati
setiap jalan dengan berbagai polusi yang ditimbulkan, dan kesibukan orang yang berlalu lalang dengan keindividualnya mereka. Oh, hidup dimanakah aku
ini? Setelah nanti berkeluarga pun aku tak punya cita-cita untuk hidup bersama
suami dan anak-anakku kelak di sini, aku tidak suka. Dengan lingkungan dan
pergaulannya, aku ingin hidup damai di desa, membangun impian kita bersama di
sana, desa yang menjadikan impian tidak sesederhana kelihatannya seperti
layaknya hidup sederhana di desa. Dari dulu yang aku cita-citakan, aku tak
ingin hidup bermewah-mewah, hanya cukup saja, normally, yang lebih semoga aku mendapat rejeki yang banyak untuk bisa lebih membantu sesama orang
yang lebih membutuhkan, Aamiinn ya Allah..
Aku juga sudah memutuskan untuk karirku ke depan. Sebentar
lagi aku akan melaksanakan diklat di pekerjaanku, dan setelah lulus diklat
insyaAllah aku akan mendapatkan penempatan kerja. Untuk mendapat penempatan
kerja di Jawa sungguh kiranya sangat sulit, karna memang formasi kerja di Jawa di
instansiku tidak dibuka untuk sekarang, tapi semoga saja bisa berubah menjadi
ada, Aamiinn. Kalaupun memang tidak ada, aku akan lebih memilih untuk
penempatan di luar Jawa daripada di Jakarta ini, semoga aku
mendapat penempatan di pulau yang dekat dengan Jawa, Bali misalnya, aku pengen
kerja di sana dulu sebelum bisa pindah mutasi kerja mengikuti suamiku nanti..
Semoga siapapun suamiku nanti, dia bisa menerimaku dengan
apa adanya, tak mempermasalahkan pekerjaan dan penempatan dimana aku berkerja,
kalau memang harus LDR dulu sebentar setelah kita menikah nanti semoga dia
ikhlas dan mampu menjaga hati dan dirinya untukku istrinya seorang, Aamiinn ya
Allah..
Sincerely, your beloved future wife.. :)