Thursday, September 29, 2016

Standar Kebahagiaan

BY retnobanarti.blogspot.com IN , , , , No comments

Tiba-tiba random, ga seberat judulnya sih, akhir bulan nulis yang ringan-ringan aja ya. Tapi maaf kalau tulisanku ini lebih ke idealis, tapi realita sih, wkwkwkwkwk.


Sempat lihat postingan temen yang kurang lebih bilang kalau dia iri sama orang-orang di bawahnya, kenapa? Karena standar kebahagiaan mereka begitu sederhana.

Berkali aku membacanya, dan kata-kata tersebut ngena banget. Sebenernya kan bahagia itu emang berasal dari dalam diri, kita sendiri yang bikin. Kita sendiri yang milih mau bahagia atau gak bahagia. Alloh udah nyiptain dengan berbagai takdir yang udah dituliskan ke kita, bahkan jauh sebelum kita dilahirkan. Dia adalah Pembuat skenario, jadi kita tinggal jalanin aja dengan have fun kan? Banyak hal yang sebenernya itu merupakan sumber kebahagiaan pada kita, sekecil apapun itu, intinya syukur, everything's gonna be alright.

Terus aku berfikir, iya ya, emang bener. Dari dulu juga udah berprinsip pada hal yang sama, namun seiiring berjalan waktu pasti ada pikiran-pikiran atau pengaruh-pengaruh yang datang menjadikan bahagia gak sesederhana itu.

Dulu waktu kecil, kita punya sepeda aja udah senengnya luar biasa. Ke sekolah naik sepeda, main kerumah temen naik sepeda. Lalu waktu kita beranjak dewasa saat pergi ke sekolah naik bus, kita dikasih fasilitas motor oleh orang tua, betapa bahagia yang kita rasain. Bisa pergi kemana-mana bebas! Bus dan sepeda kita tinggalkan. Tapi, tiba-tiba kita sekarang udah bisa punya mobil, yang lebih bagus dari motor dan sepeda tentunya, tapi toh kok biasa aja ya? Bersyukur iya, tapi kenapa kita gak bisa sebahagia saat dulu kita punya sepeda pertama? Karena bahagia letaknya bukan ada pada materi, tapi di dalam diri. Kalau mau diturutin ya gak ada habisnya, udah punya mobil sederhana, pengennya mobil mewah. Udah punya mobil mewah pengen punya rumah, lalu rumah mewah, lalu apartmen, lalu villa apalah gak ada habisnya.

Banyak cewek yang sok bilang, If someone said money can't buy happines, simply didn't know where to go shopping! Aku, pernah juga ngerasain seperti itu. Saat lagi gak mood, lagi gak pengen ngapa-ngapain, bosan, pergi belanja merupakan mood booster yang bisa buat suasana hati jadi lebih baik. Yah, namanya juga cewek. Cewek mana sih yang gak suka belanja, apalagi dibelanjain (LoL). Dengan berbelanja, kita bisa melupakan masalah-masalah yang ada, sejenak. Ya, hanya sejenak, sementara, saat kita sedang menikmati saat-saat berbelanja. Tapi setelah belanja berakhir, yaudah mood kembali jelek lagi, kembali meratap. So, is it a prove that money can buy happiness?

Aku memang suka jalan-jalan dan main. Itu udah dari dulu banget jaman masih sekolah. Terlebih semenjak sudah kerja dan berpengasilan sendiri, artinya aku bisa dengan bebas mempergunakan uangku untuk senang-senang sesuai keinginan. Iyalah, yang dulu seneng-senengnya pake duit orang tua, masih ada beban ye kan! Tapi, insyaAlloh seneng-senengku masih dalam tahap wajar, stay be humble, low profile, and not too much addicted to consume branded goods. Aku, apa adanya gak takut dibilang gak punya selera karena pake barang murah (gak selalu murah itu murahan), dan aku yang gak pelit beli barang mahal jika memang itu berkualitas.

Lalu aku menghadapi fenomen-fenomena yang aaaah menurutku sih gak banget. Terutama semenjak kerja, apalagi di tanah rantau. Aku baru menyadari, aku harus banyak pilah-pilih temen. Sebenernya gak masalah berteman sama siapa aja, cuma jangan sampai terpengaruh sama hal-hal yang buruk dan menyimpang. Aku melihat banyak banget beda gaya hidup dari mereka, yah mungkin mereka mengalami fase seperti diriku yang dulunya selalu minta duit orang tua, dan sekarang punya penghasilan sendiri yang artinya bebas dong mau diapa-apain? Yup bener, tapi jatohnya jangan maksa! Jatohnya jangan kayak OKB (ups, sorry) cuma karena pengen terlihat gaul dan diakui oleh komunitas who you are! Maklum, aku udah kece dari lahir, wkwkwkwkwkkwkwkwkwkkwk.

Oke, udah terlampau keluar dari topik cerita. Intinya baik-baik dalam bergaul. Pinter pilih temen yang membawa pengaruh baik, jangan yang banyak mudharatnya. Dulu aku pernah juga nulis, gak suka temenan sama orang yang sombong, karena secara gak langsung nanti lama-lama juga kita akan terpengaruh ikut-ikutan sombong, padahal kalian tau kan kan aku gak sombong dan rajin menabung (haha). Atau timbul penyakit hati karena kita terlalu banyak dengerin bualan-bualan cerita kesombongan. Makanya, sekarang aku lebih suka berteman sama orang yang biasa-biasa aja dan apa adanya, jauh dari kata gaul dan fancy, itu lebih tenang. Because she knows me well and help each other. Punya temen sedikit yang baik itu lebih cukup daripada banyak temen yang bermuka dua (loh). Toh sekarang fokus hidupku udah berubah, gak suka kelayapan lagi, lebih pengen urusin keluarga, bahagiaan orang-orang yang aku sayangi, Aamiin.

The last, jadilah diri kalian sendiri, gak perlu embel-embel apapun kok untuk menonjolkan diri kalian. Be your self who you are, people will know you from deep your own!