Saturday, January 25, 2014

Dari Belajar English Sampai Belajar Kehidupan

BY retnobanarti.blogspot.com IN , , , , No comments

Mau tak mau aku harus menuliskan cerita ini dari awal. Setahun yang lalu aku datang pertama kali ke tempat ini. Aku datang dengan keinginan yang luar biasa besarnya (hehe) untuk belajar bahasa inggris. Pelajaran yang aku acuhkan ketika duduk di bangku SMP dan SMA terlebih di Perguruan Tinggi yang hanya dibebani 3 SKS di 1 semester dalam 4 tahun aku menuntut ilmu. Apalagi di saat semester akhir kuliah aku harus bergulat dengan yang namanya TOEFL, ngerti aja enggak, ikut kursus malah bikin ngantuk ga ngerti-ngerti juga terlebih speaking. Bagusan dengungan semut deh daripada suara orang bule ngomong english dari kaset yang diputer itu.


Bahasa inggrisku nol besar, aku tau akan hal itu terbukti saat sempat melamar pekerjaan dan diharuskan wawancara dalam english, yah bisa dibayangkan ibarat pedagang sudah harus gulung tikar, semrawut bahkan nyaris aku seperti orang gagu yang susah ngomong.

Suatu hari aku sadar, english sangat penting untukku. Untuk karirku ke depan, untuk melanjutkan kuliah lagi mungkin, atau hanya untuk sekedar kehidupan sehari-hari (siapa tau ntar kerja dan punya suami lalu sama-sama menetap di LN, Aamiin). Mungkin kesadaranku ini sudah terlambat, sangat terlambat, tapi tetap lebih baik daripada tidak sama sekali. Dulu tak pernah terlintas untuk ikut kursus di lembaga bahasa inggris lain saat kuliah, padahal banyak teman yang ikutan yang ngambil jam kursus malam. Ah males, siangnya udah capek kuliah malamnya buat santai dan tidur dong ya, haha, iya aku doyan banget tidur -___- Memang benar kemalasan adalah musuh terbesar pada diri seseorang. Sebenarnya juga aku pernah mencoba untuk ikut dalam kursus bahasa inggris saat liburan panjang semester di salah satu lembaga bahasa yang cukup ternama, tapi lokasinya ada di kota Magelang. Ikut sekali dua kali aku merasa malas, mungkin karena letaknya yang jauh dari rumah (padahal cuma setengah jam) kalau dipikir-pikir emang dasarnya aja males! Oke, yang lalu ga usah dibahas lagi ya. :-)

Kali ini aku bertekad buat mastering english well (haha, kejauhan!) minimal english-ku bisa sedikit lebih baik, dalam hal structure mungkin sukur-sukur conversation juga.

Jarak adalah sedikit halangan kemalasan bagiku, maka dari itu kebetulan ada tempat kursus baru di dekat rumah, wah bisa tanya-tanya nih kalau menyedikan paket privat yang cepet buat belajar. Kenapa aku milih privat? Aku pengen belajar english setiap hari sesuai apa yang aku inginkan, jadi terus-menerus belajar agar tidak putus hari dan lupa begitu saja. Akan tetapi apa mau dikata, bukan semua itu yang ku dapat malah penjaga ditempat kursus itu bilang kalau mau kursus harus nunggu murid lain dan guru juga, hah, tempat kursus macam apa ini, sudahlah. Tapi si penjaga merekomendasikanku untuk belajar ke Desa Bahasa Ngargogondo, katanya disana lebih ditekankan pada conversation. Letaknya memang di Desa Ngargogondo, sebuah desa yang lumayan desa di Kecamatan tempat tinggalku. “Desa Ngargogodo dimana itu mbak?” Karena sungguh, mungkin aku pernah mendengar nama desa tersebut tapi jauh dari ingatanku aku belum mengenal dan pernah mengunjunginya. Si mbak menjawab dengan arahan petunjuk jalan dan terakhir bilang “Deket kok mbak dari sini sekitar 15 menit.” Wah kalau cuma 15 menitan deket juga kok aku ga pernah tau, apa dasarnya aku emang kuper? HAHAHA yayaya.

Keesokan harinya sekitar pukul 09.00 WIB aku memulai pencarian tentang desa yang dimaksud. Sebelum sampai di Desa Bahasa tersebut, aku sempat bertanya terhadap warga sekitar memastikan aku tidak salah jalan. Dan taraaaa, akhirnya aku pun sampai, welcome to Desa Bahasa Ngargogondo. Loh kok sepi amat ya? Halloo permisi, berkali aku mengucap sapa yang tak kunjung dibalas dari dalam rumah. Sampai akhirnya ada ibu-ibu paruh baya yang menjawab dan bertanya maksud kedatanganku kesana. Setelah aku menjelaskan, si ibu memanggil salah satu staf Desa Bahasa untuk menemuiku. Inilah kali pertama aku bertemu dengan mereka, Mr Tri dan Mr Miftah, mereka adalah staf sekaligus pengajar di Desa Bahasa. 

Setelah berbincang-bincang barang sebentar, mereka menginformasikanku berbagai program belajar di Desa Bahasa, ada program reguler dan eduwisata. Tentu untukku yang ingin belajar instens  harus menempuh program reguler dengan jenjang level. Berikut jenjang level reguler beserta harga:


  • Level 1: Daily Vocabularies     Rp 250.000,00
  • Level 2: Tenses                       Rp 1.000.000,00
  • Level 3: Telling Story               Rp 1.250.000,00
  • Level 4: Toefl                           Rp 1.250.000,00

Dan untuk setiap level dikenakan biaya pendaftaran sebesar Rp 150.000,00 yang mendapatkan buku modul. Masing-masing level tersebut berdurasi 20 hari dalam sebulan. Masuk Senin-Jumat pukul 14.00-17.00 WIB. Sedangkan untuk program eduwisata dikhususkan untuk mereka yang ingin belajar bahasa inggris sambil berwisata di daerah wisata sekitar Borobudur. Jadi pelajarannya sambil jalan-jalan. Program eduwisata ini berdurasi 6 hari dengan harga Rp 1.500.000,00.

Mereka sangat ramah, tapi aku masih memahami Desa Bahasa Ngargogondo tersebut masih dibilang sepi dan belum maju seperti sekarang saat kali pertama aku datang. Mereka menyarankanku untuk ikut dalam kelas reguler level 1 yang sudah dimulai satu minggu yang lalu. Intinya kalau aku mau ikut level ini udah telat satu mingguan, tapi kalau mau ikut level 1 angkatan berikutnya aku harus nunggu paling cepet 1 bulan lagi, hmm, yaudah aku putuskan untuk ikut dalam level 1 angkatan ini dan mengejar ketinggalanku. Setelah selesai registrasi, Mr Tri memberitahuku untuk mulai belajar nanti siang pukul 14.00. Masih pikiran malas melanda dalam diriku, lalu aku menjawab “kalau belajarnya mulai besuk gapapa ya Mr?” ZZZZZZZZZZZ.

Sesampainya dirumah aku memberitahukan pada mamahku tentang hasil investigasiku ke Desa Bahasa tadi dengan detail tempat, hari, jam belajar, dan rincian biaya, serta aku bilang kalau mau mulai besuk aja belajarnya. Sontak mamahku tidak menyetujuinya karena aku udah telat seminggu masak mau ditambah dengan malas-malasan lagi, haha, okeh2 nanti siang aku berangkat belajar mah -___-

Pastinya disana aku mendapatkan banyak teman-teman baru dari berbagai latar berlakang, dari yang sudah bekerja sampai anak-anak SMA bahkan SMP atau yang masih mencari jati diri sepertiku. Selain teman-teman yang begitu baik, staf-stafnya juga sangat friendly banget, udah betah lah sama keadaan disini, semoga bisa belajar dengan lancar. Fyi, aku disini ga belajar sampai selesai karena berbagai alasan, yang seharusnya kelas reguler ada 4 level yang akan menghabiskan waktu sekitar 5 bulanan, aku cuma mengambil sampai level 2 dengan durasi waktu 4 bulanan karena untuk level 2 aku ikut mengulang lagi untuk memperdalam ilmuku disini, haha. Untuk level berikutnya aku tidak ikut karena kesibukan dan ada sedikit pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. Jadi ya untuk 4 bulan belajar aku rasa kurang maksimal untuk menambah pesat kemapuan english-ku, tapi dengan tekad yang kuat untuk belajar dan kali ini aku bener-bener belajar dengan baik, semua itu tak pernah sia-sia, minimal english-ku sekarang udah lebih baik dari dulu, hehe, much thank to Desa Bahasa.

Ini dia tempat yang sempat beberapa bulan menjadi tempatku belajar. Gambar ini aku ambil bulan Januari 2014. Bangunannya hampir sebagian besar kena renovasi menjadi lebih bagus. Dulu pas aku datang kesini untuk belajar belum sebagus kayak gini, hehehe. Bangunan baru Desa Bahasa ini memang dibuat bangunan jawa banget dengan arsitektur jawa kuno seperti rumah joglo, batu bata yang tak dihaluskan menjadi kesan tradisional, atap-atapan rumah menggunakan daun-daun kering, pagar menggunakan anyaman bambu, dsb. Cekidot ini penampakannya:







Tapi ternyata pembelajaran terbesar yang aku dapatkan disana bukan cuma pelajaran dunia yaitu bahasa inggris, namun lebih dari itu karena memang aku sedang dalam masa pencarian jati diri. Aku dapat melihat dari sisi lain yang lebih penting yaitu pelajaran tentang kehidupan yang sebenarnya. Ada seseorang yang aku kenal, ada keluarga yang sangat ramah dan sederhana yang dekat denganku disana yang memperlihatkan padaku arti hidup yang sebenarnya. Mereka secara tidak langsung telah mengajarkanku banyak hal tentang kehidupan. Kejadian demi kejadian mulai silih berganti terjadi, itulah pembelajaranku. Pelajaran yang baik dan menyenangkan aku nikmati dan pelajaran buruk mau tak mau aku ambil hikmahnya. Sekarang yang pasti aku tau semua itu adalah yang terbaik untukku.

Aku yang dulu masih angkuh, memandang remeh hidup, cuek dengan orang lain dan sekitar, disini aku bisa melihat sisi lain dalam kehidupan. Melalui desa ini hidupku mulai tertata lebih baik, aku mengenal orang-orang yang sangat sederhana tapi mereka selalu tersenyum dengan ikhlas mengarungi hidup yang keras ini, dan aku? Masih sering mengeluh dan menyia-nyiakan segala yang sudah aku punya yang bisa jadi hal itu belum dipunyai orang lain tapi masih saja hidupku penuh dengan keluhan-keluhan yang tak berarti. Tak pernah aku mengerti arti sebuah peribahasa jawa “hidup itu sawang-sinawang” bodohnya dan angkuhnya aku, itulah kesalahan terbesarku dalam hidup.


Jika dengan sederhana kita bisa bahagia untuk apa hidup bermewah-mewah..

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaN42H2OpQUy6CSy3JtEotjGBR1Z8Oly0CXKOVAqjj9QIPXbL70na2BbfYXSMpuu_ZB2PLNXPYk8VjhZkx22-gewvXaobFsxFWW95LrlhHpAubf5V3rfdiM01ICVGpHMCSdLoV4VQ3onpD/s1600/lilin.jpg
Itulah kurang lebih yang bisa aku baca dari keadaan di sana. Aku merasa dari sini arah hidupku mulai berubah. Memang aku sering murung dalam kesendirian memikirkan mau bagaimana hidupku ke depan. Melihat dan menghabiskan waktu dengan orang-orang yang sederhana tak membuat semata-mata menjadikan cita-citaku sesederhana mereka. Bahkan tekadku aku harus bisa berguna bagi orang lainnya, itulah kebahagiaan hidup yang sebenarnya, iya, dan aku harus bisa! Aku mulai menengok dan mendedikasikan waktuku untuk keluarga. Beruntungnya aku mempunyai bapak dan mamah yang sangat menyayangiku memberikan segala yang aku butuhkan, adik yang penurut, dengan siapa lagi aku hidup menghabiskan waktu selama 24 tahun ini, dan apa timbal balik yang sudah aku berikan untuk kasih sayang mereka? Yah tidak banyak, sungguh tragis dan ironis. Aku yang dulu hanya memikirkan kesenanganku saja, hidup tanpa beban karena semua yang aku inginkan sebagian besar sudah ada di depan mataku. Tapi aku harus bersyukur, Alloh tidak pernah terburu-buru dan terlambat dalam memberikan setiap yang terbaik untuk umatnya, inilah waktu yang tepat untukku menyadari semuanya dan lebih berguna terlebih untuk keluargaku sendiri.
God is never late and in hurry giving every moment to His creatures.
Dalam setahun terakhir banyak sekali kejadian-kejadian luar biasa yang terjadi dalam hidupku. Menangis, murung, trenyuh, senyum kecil yang ada dalam bibirku. Aku memang tak seceria dulu yang hanya suka tertawa hiha hihi bersama teman-temanku, menghabiskan waktu yang sia-sia hanya untuk sekedar nongkrong atau jalan-jalan tak penting. Sekarang aku lebih dewasa dan tak banyak tertawa (hehe, mungkin maksudnya tertawa tak tau tempat) aku ingin menjadi orang yang ramah, ringan senyum tapi tetap punya wibawa dan kharisma yang luar biasa, aamiinn. Padahal dulu sewaktu masuk kuliah banyak teman-teman yang belum mengenalku bilang aku jutek karena aku jarang senyum, tapi kalau udah kenal duh jadinya ketawa ketiwi haha hihi mulu malu-maluin. Sekarang ga lagi, aku sudah dewasa secara usia maka aku juga harus dewasa dalam menjalani hidup. Aku yang childish ah singkirkan, aku yang manja ah lupakan, aku yang tak bisa mandiri inilah saatnya aku berdiri di atas kakiku sendiri tanpa topangan dari siapapun.

Dari belajar english sampai belajar kehidupan, sungguh suatu perjalanan yang sangat bermakna yang membawa perubahan dalam setiap nafasku. Aku yang dulu masih semena-mena dan semauku sendiri menganggap semua tak penting perlahan mencair. Ibadahku pun alhamdulillah berangsur membaik. Aku lebih mendekatkan diri pada Alloh, aku lebih sering bercakap dengan-Nya dalam doaku, sholat 5 waktu tak bolong, membaca Al-Qur’an juga rutin yang dulu hanya satu atau dua halaman sekarang sudah kuat berlembar-lembar bahkan satu jus sekali baca. Alhamdulillah semoga perubahan baikku ini terus berlanjut, Aamiin.

Bukan cuma pelajaran hidup juga yang banyak aku petik disini, lagi tentang alam. Disini tempatnya memang desa banget yang jauh dari kemewahan dan tata kota. Walaupun aku juga berasal dari desa namun aku tak pernah melihat lebih dalam tentang semua ini. Aku memang senang dengan alam, namun tak pernah sekalipun aku mengeksplor lebih dalam untuk mengenalnya. Dari sini aku lebih sering bermain atau menghabiskan waktu ditempat-tempat sunyi yang berbau dengan alam, pendopo menoreh, punthuk setumbu, hutan pinus, atau hanya sekedar berjalan-jalan di desa. Di sana aku menemukan kedamaian yang tak pernah kurasa saat aku ada di depan jalan raya besar melihat mobil motor dan kendaraan lain yang berlalu lalang, subhanalloh sungguh agung dan indah kreasi Sang Pencipta. Sekeliling pepohonan hijau, udara yang segar, tempat yang teduh, tempat yang tinggi yang dari sana aku bisa melihat hamparan pesona tempat lain yang berada di bawah dan dapat memandang luas tanpa batas ke segala penjuru mata angin. 

Dari penduduknya pun sudah membuatku nyaman. Orang desa yang polos, sederhana, tergurat keikhlasan dan kebahagiaan di wajah mereka meski hidup hanya ala kadarnya. Perekonomian yang belum berpihak sepenuhnya pada mereka, namun keikhlasan yang membuat semua terasa mudah dan bahagia. Keramahan yang tercermin dari penduduk desa yang tak akan pernah aku jumpai di keramaian kota. Belum kenal pun kalau ada orang yang lewat pasti disapa, disuruh mampir kerumah, lah gimana jadinya kalau permintaan mereka semua aku kabulin, jadi aku mampir di setiap rumah mereka satu per satu, HAHAHA, fenomena ini ada dan nyata di desa deket hutan pinus daerah Ketep.

Aku menikmati perjalanan hidupku ini, perjalanan yang kadang sangat membuatku bahagia, tak luput sedih dan menangis, atau hanya sekedar bisa mengucap syukur atas kuasa-Mu..

Satu per satu ya..

Maksudnya sekarang hidupku sudah lebih tertata, aku juga harus memikirkan masa depanku sendiri. Sebenarnya tidak ada yang menuntut aku untuk bekerja di perusahaan lain, orang tuaku sekalipun, karena mereka sudah punya usaha/bisnis sendiri yang sewaktu dirumah aku cukup membantu dalam menjalankan bisnis tersebut, bahkan sudah akan membuat cabang baru untuk kuurus sendiri. Namun kalau belum bisa mandiri dalam artian bekerja sendiri tanpa bantuan orang lain aku belum cukup berguna, pikirku dulu. Banyak teman yang bilang “buat apa kerja, selama ikut orang itu ga enak, enakan punya usaha sendiri, aku pun pengen banget punya usaha.” Yaiya sih dulu jauh sebelum sekarang aku juga sempat beberapa bulan bekerja ya rasanya gitu lah pasti ada enak dan enggaknya, dan beberapa bulan yang lalu juga sempat coba bekerja tapi ga betah karena kerjaannya.

Iya, ridho Alloh itu ada pada ridho orang tua. Untuk medapatkan pekerjaan yang baik aku sudah mencoba untuk melamar pada perusahaan-perusahaan besar seperti beberapa perusahaan BUMN, namun selalu gagal pada tahap-tahap akhir. Sempat aku mikir apa karena orang tuaku kurang meridhoi aku bekerja disitu, tapi perasaan orang tuaku juga suka-suka aja kalau aku bisa mandiri bekerja. Tapi memang orang tuaku dulu sempat bilang lebih suka kalau aku bekerja di pemerintahan menjadi PNS, kalau enggak mending buat usaha sendiri aja jangan kerja di perusahaan swasta. Bukan memandang remeh perusahan swasta, tapi ini cuma passion dan keinginan orang tua. Apakah semua itu merupakan sebuah clue?

Oke akhir tahun 2013 ada pendaftaran CPNS. Aku pun ikut mengadu nasib disana, aku melamar di beberapa instansi pemerintah untuk cadangan. Antara keyakinan, keinginan, doa, dan lara hatiku saat itu. Proses demi proses aku nikmati, saat sakit pun aku ikut tes, tidak berharap lebih hanya yang terbaik untuk semuanya. Waktu demi waktu aku lewati, sangat sibuk untuk persiapan terbaik untuk hal yang terbaik. Ya inilah saatnya perjuangan dan doaku tak sia-sia, semoga inilah jalan yang terbaik untukku. Aku lolos menjadi CPNS di salah satu instansi pemerintah, puji syukur aku panjatkan kehadirat-Mu ya Alloh, berilah kemudahan dan kelancaran untuk jalanku ke depan, semoga barokah, aamiinn ya Alloh. 

Inilah pembelajaran terbesar dalam hidupku yang sungguh baru aku nikmati dan sadari akan kuasa-Mu. Satu demi satu pelajaran dalam hidup Kau beri untukku, tidak kurang tidak lebih, runtut tak terselingi, semoga aku senantiasa menjadi orang yang lebih baik, aamiin ya Robbal’alamin.

0 comments:

Post a Comment