Mau tak mau aku harus menuliskan cerita ini dari awal. Setahun yang lalu aku
datang pertama kali ke tempat ini. Aku datang dengan keinginan yang luar biasa
besarnya (hehe) untuk belajar bahasa inggris. Pelajaran yang aku acuhkan ketika
duduk di bangku SMP dan SMA terlebih di Perguruan Tinggi yang hanya dibebani 3
SKS di 1 semester dalam 4 tahun aku menuntut ilmu. Apalagi di saat
semester akhir kuliah aku harus bergulat dengan yang namanya TOEFL, ngerti aja enggak,
ikut kursus malah bikin ngantuk ga ngerti-ngerti
juga terlebih speaking. Bagusan dengungan semut deh daripada suara
orang bule ngomong english dari kaset yang diputer itu.
Bahasa
inggrisku nol besar, aku tau akan hal itu terbukti saat sempat melamar pekerjaan dan
diharuskan wawancara dalam english, yah bisa dibayangkan ibarat pedagang sudah
harus gulung tikar, semrawut bahkan nyaris aku seperti orang gagu yang susah ngomong.
Suatu hari
aku sadar, english sangat penting untukku. Untuk karirku ke depan, untuk
melanjutkan kuliah lagi mungkin, atau hanya untuk sekedar kehidupan
sehari-hari (siapa tau ntar kerja dan punya suami lalu sama-sama menetap di LN,
Aamiin). Mungkin kesadaranku ini sudah terlambat, sangat terlambat, tapi tetap
lebih baik daripada tidak sama sekali. Dulu tak pernah terlintas untuk
ikut kursus di lembaga bahasa inggris lain saat kuliah, padahal banyak teman
yang ikutan yang ngambil jam kursus malam. Ah males, siangnya udah capek kuliah
malamnya buat santai dan tidur dong ya, haha, iya aku doyan banget tidur -___- Memang
benar kemalasan adalah musuh terbesar pada diri seseorang. Sebenarnya juga aku
pernah mencoba untuk ikut dalam kursus bahasa inggris saat liburan panjang semester
di salah satu lembaga bahasa yang cukup ternama, tapi lokasinya ada di kota Magelang. Ikut
sekali dua kali aku merasa malas, mungkin karena
letaknya yang jauh dari rumah (padahal cuma setengah jam) kalau dipikir-pikir
emang dasarnya aja males! Oke, yang lalu ga usah dibahas lagi ya. :-)
Kali ini aku
bertekad buat mastering english well (haha, kejauhan!) minimal english-ku
bisa sedikit lebih baik, dalam hal structure mungkin sukur-sukur conversation juga.
Jarak adalah
sedikit halangan kemalasan bagiku, maka dari itu kebetulan ada tempat kursus
baru di dekat rumah, wah bisa tanya-tanya nih kalau menyedikan paket privat yang
cepet buat belajar. Kenapa aku milih privat? Aku pengen belajar english setiap
hari sesuai apa yang aku inginkan, jadi terus-menerus belajar agar tidak putus
hari dan lupa begitu saja. Akan tetapi apa mau dikata, bukan semua itu yang ku dapat
malah penjaga ditempat kursus itu bilang kalau mau kursus harus nunggu murid
lain dan guru juga, hah, tempat kursus macam apa ini, sudahlah. Tapi si penjaga
merekomendasikanku untuk belajar ke Desa Bahasa Ngargogondo, katanya disana
lebih ditekankan pada conversation. Letaknya memang di Desa Ngargogondo, sebuah
desa yang lumayan desa di Kecamatan tempat tinggalku. “Desa Ngargogodo dimana
itu mbak?” Karena sungguh, mungkin aku pernah mendengar nama desa tersebut tapi
jauh dari ingatanku aku belum mengenal dan pernah mengunjunginya. Si mbak
menjawab dengan arahan petunjuk jalan dan terakhir bilang “Deket kok mbak dari sini
sekitar 15 menit.” Wah kalau cuma 15 menitan deket juga kok aku ga pernah tau,
apa dasarnya aku emang kuper? HAHAHA yayaya.
Keesokan
harinya sekitar pukul 09.00 WIB aku memulai pencarian tentang desa yang
dimaksud. Sebelum sampai di Desa Bahasa tersebut, aku sempat bertanya terhadap
warga sekitar memastikan aku tidak salah jalan. Dan taraaaa, akhirnya aku pun sampai,
welcome to Desa Bahasa Ngargogondo. Loh kok sepi amat ya? Halloo permisi,
berkali aku mengucap sapa yang tak kunjung dibalas dari dalam rumah. Sampai
akhirnya ada ibu-ibu paruh baya yang menjawab dan bertanya maksud kedatanganku
kesana. Setelah aku menjelaskan, si ibu memanggil salah satu staf Desa Bahasa untuk menemuiku. Inilah kali pertama aku bertemu dengan mereka, Mr Tri dan Mr
Miftah, mereka adalah staf sekaligus pengajar di Desa Bahasa.
Setelah
berbincang-bincang barang sebentar, mereka menginformasikanku berbagai program
belajar di Desa Bahasa, ada program reguler dan eduwisata. Tentu untukku yang
ingin belajar instens harus menempuh
program reguler dengan jenjang level. Berikut jenjang level reguler beserta harga:
- Level 1: Daily Vocabularies Rp 250.000,00
- Level 2: Tenses Rp 1.000.000,00
- Level 3: Telling Story Rp 1.250.000,00
- Level 4: Toefl Rp 1.250.000,00
Dan untuk setiap level dikenakan biaya pendaftaran sebesar Rp 150.000,00 yang mendapatkan buku modul. Masing-masing level tersebut berdurasi 20 hari dalam sebulan. Masuk Senin-Jumat pukul 14.00-17.00 WIB. Sedangkan untuk program eduwisata dikhususkan untuk mereka yang ingin belajar bahasa inggris sambil berwisata di daerah wisata sekitar Borobudur. Jadi pelajarannya sambil jalan-jalan. Program eduwisata ini berdurasi 6 hari dengan harga Rp 1.500.000,00.
Mereka sangat ramah, tapi aku masih
memahami Desa Bahasa Ngargogondo tersebut masih dibilang sepi dan belum maju
seperti sekarang saat kali pertama aku datang. Mereka menyarankanku untuk ikut
dalam kelas reguler level 1 yang sudah dimulai satu minggu yang lalu. Intinya
kalau aku mau ikut level ini udah telat satu mingguan, tapi kalau mau ikut level
1 angkatan berikutnya aku harus nunggu paling cepet 1 bulan lagi, hmm, yaudah
aku putuskan untuk ikut dalam level 1 angkatan ini dan mengejar ketinggalanku.
Setelah selesai registrasi, Mr Tri memberitahuku untuk mulai belajar nanti siang
pukul 14.00. Masih pikiran malas melanda dalam diriku, lalu aku menjawab “kalau belajarnya mulai besuk gapapa
ya Mr?” ZZZZZZZZZZZ.
Sesampainya
dirumah aku memberitahukan pada mamahku tentang hasil investigasiku ke Desa
Bahasa tadi dengan detail tempat, hari, jam belajar, dan rincian biaya, serta
aku bilang kalau mau mulai besuk aja belajarnya. Sontak mamahku tidak
menyetujuinya karena aku udah telat seminggu masak mau ditambah dengan
malas-malasan lagi, haha, okeh2 nanti siang aku berangkat belajar mah -___-
Pastinya
disana aku mendapatkan banyak teman-teman baru dari berbagai latar berlakang,
dari yang sudah bekerja sampai anak-anak SMA bahkan SMP atau yang masih
mencari jati diri sepertiku. Selain teman-teman yang begitu baik, staf-stafnya juga sangat friendly banget, udah betah lah sama keadaan disini,
semoga bisa belajar dengan lancar. Fyi, aku disini ga belajar sampai selesai
karena berbagai alasan, yang seharusnya kelas reguler ada 4 level yang akan
menghabiskan waktu sekitar 5 bulanan, aku cuma mengambil sampai level 2 dengan
durasi waktu 4 bulanan karena untuk level 2 aku ikut mengulang lagi untuk memperdalam
ilmuku disini, haha. Untuk level berikutnya aku tidak ikut karena kesibukan dan
ada sedikit pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. Jadi ya untuk 4 bulan
belajar aku rasa kurang maksimal untuk menambah pesat kemapuan english-ku, tapi dengan tekad yang kuat untuk belajar dan kali ini aku bener-bener belajar dengan baik, semua itu tak pernah sia-sia, minimal english-ku sekarang udah lebih
baik dari dulu, hehe, much thank to Desa Bahasa.
Ini dia tempat yang sempat beberapa bulan menjadi tempatku belajar. Gambar ini aku ambil bulan Januari 2014. Bangunannya hampir sebagian besar kena renovasi menjadi lebih bagus. Dulu pas aku datang kesini untuk belajar belum sebagus kayak gini, hehehe. Bangunan baru Desa Bahasa ini memang dibuat bangunan jawa banget dengan arsitektur jawa kuno seperti rumah joglo, batu bata yang tak dihaluskan menjadi kesan tradisional, atap-atapan rumah menggunakan daun-daun kering, pagar menggunakan anyaman bambu, dsb. Cekidot ini penampakannya:
Tapi
ternyata pembelajaran terbesar yang aku dapatkan disana bukan cuma pelajaran dunia yaitu bahasa
inggris, namun lebih dari itu karena memang aku sedang dalam
masa pencarian jati diri. Aku dapat melihat dari sisi lain yang lebih penting yaitu
pelajaran tentang kehidupan yang sebenarnya. Ada seseorang yang aku kenal, ada
keluarga yang sangat ramah dan sederhana yang dekat denganku disana yang
memperlihatkan padaku arti hidup yang sebenarnya. Mereka secara tidak langsung
telah mengajarkanku banyak hal tentang kehidupan. Kejadian demi kejadian mulai silih berganti terjadi, itulah pembelajaranku. Pelajaran yang baik dan menyenangkan aku
nikmati dan pelajaran buruk mau tak mau aku ambil hikmahnya. Sekarang yang pasti aku tau semua itu adalah yang terbaik untukku.
Aku yang
dulu masih angkuh, memandang remeh hidup, cuek dengan orang lain dan sekitar,
disini aku bisa melihat sisi lain dalam kehidupan. Melalui desa ini hidupku
mulai tertata lebih baik, aku mengenal orang-orang yang sangat sederhana tapi
mereka selalu tersenyum dengan ikhlas mengarungi hidup yang keras ini, dan aku?
Masih sering mengeluh dan menyia-nyiakan segala yang sudah aku punya yang bisa
jadi hal itu belum dipunyai orang lain tapi masih saja hidupku penuh dengan
keluhan-keluhan yang tak berarti. Tak pernah aku mengerti arti sebuah
peribahasa jawa “hidup itu sawang-sinawang” bodohnya dan angkuhnya aku, itulah
kesalahan terbesarku dalam hidup.
Jika dengan
sederhana kita bisa bahagia untuk apa hidup bermewah-mewah..
Itulah kurang lebih yang bisa aku baca dari keadaan di sana. Aku merasa
dari sini arah hidupku mulai berubah. Memang aku sering murung dalam
kesendirian memikirkan mau bagaimana hidupku ke depan. Melihat dan menghabiskan
waktu dengan orang-orang yang sederhana tak membuat semata-mata menjadikan
cita-citaku sesederhana mereka. Bahkan tekadku aku harus bisa berguna bagi
orang lainnya, itulah kebahagiaan hidup yang sebenarnya, iya, dan aku harus
bisa! Aku mulai menengok dan mendedikasikan waktuku untuk keluarga. Beruntungnya aku mempunyai bapak dan mamah yang sangat menyayangiku memberikan
segala yang aku butuhkan, adik yang penurut, dengan siapa lagi aku hidup menghabiskan
waktu selama 24 tahun ini, dan apa timbal balik yang sudah aku berikan untuk
kasih sayang mereka? Yah tidak banyak, sungguh tragis dan ironis. Aku yang dulu
hanya memikirkan kesenanganku saja, hidup tanpa beban karena semua yang aku
inginkan sebagian besar sudah ada di depan mataku. Tapi aku harus bersyukur, Alloh tidak pernah terburu-buru dan terlambat dalam memberikan setiap yang
terbaik untuk umatnya, inilah waktu yang tepat untukku menyadari semuanya dan
lebih berguna terlebih untuk keluargaku sendiri.
God is never late and in hurry giving every moment to His creatures.
Dalam setahun terakhir banyak sekali kejadian-kejadian luar biasa yang terjadi dalam
hidupku. Menangis, murung, trenyuh, senyum kecil yang ada dalam bibirku. Aku
memang tak seceria dulu yang hanya suka tertawa hiha hihi bersama
teman-temanku, menghabiskan waktu yang sia-sia hanya untuk sekedar nongkrong
atau jalan-jalan tak penting. Sekarang aku lebih dewasa dan tak banyak tertawa
(hehe, mungkin maksudnya tertawa tak tau tempat) aku ingin menjadi orang yang
ramah, ringan senyum tapi tetap punya wibawa dan kharisma yang luar biasa,
aamiinn. Padahal dulu sewaktu masuk kuliah banyak teman-teman yang belum
mengenalku bilang aku jutek karena aku jarang senyum, tapi kalau udah kenal
duh jadinya ketawa ketiwi haha hihi mulu malu-maluin. Sekarang ga lagi, aku
sudah dewasa secara usia maka aku juga harus dewasa dalam menjalani hidup. Aku
yang childish ah singkirkan, aku yang manja ah lupakan, aku yang tak bisa
mandiri inilah saatnya aku berdiri di atas kakiku sendiri tanpa topangan dari
siapapun.
Dari belajar english sampai belajar kehidupan, sungguh suatu perjalanan yang sangat
bermakna yang membawa perubahan dalam setiap nafasku. Aku yang dulu masih semena-mena
dan semauku sendiri menganggap semua tak penting perlahan mencair. Ibadahku pun
alhamdulillah berangsur membaik. Aku lebih mendekatkan diri pada Alloh, aku
lebih sering bercakap dengan-Nya dalam doaku, sholat 5 waktu tak bolong, membaca Al-Qur’an juga rutin yang dulu hanya satu atau
dua halaman sekarang sudah kuat berlembar-lembar bahkan satu jus sekali baca.
Alhamdulillah semoga perubahan baikku ini terus berlanjut, Aamiin.
Bukan cuma
pelajaran hidup juga yang banyak aku petik disini, lagi tentang alam. Disini
tempatnya memang desa banget yang jauh dari kemewahan dan tata kota. Walaupun aku juga berasal dari desa namun aku tak pernah melihat lebih dalam
tentang semua ini. Aku memang senang dengan alam, namun tak pernah sekalipun
aku mengeksplor lebih dalam untuk mengenalnya. Dari sini aku lebih sering
bermain atau menghabiskan waktu ditempat-tempat sunyi yang berbau dengan alam,
pendopo menoreh, punthuk setumbu, hutan pinus, atau hanya sekedar
berjalan-jalan di desa. Di sana aku menemukan kedamaian yang tak pernah kurasa
saat aku ada di depan jalan raya besar melihat mobil motor dan kendaraan lain
yang berlalu lalang, subhanalloh sungguh agung dan indah kreasi Sang Pencipta.
Sekeliling pepohonan hijau, udara yang segar, tempat yang teduh, tempat yang
tinggi yang dari sana aku bisa melihat hamparan pesona tempat lain yang berada
di bawah dan dapat memandang luas tanpa batas ke segala penjuru mata angin.
Dari
penduduknya pun sudah membuatku nyaman. Orang desa yang polos, sederhana,
tergurat keikhlasan dan kebahagiaan di wajah mereka meski hidup hanya ala
kadarnya. Perekonomian yang belum berpihak sepenuhnya pada mereka, namun
keikhlasan yang membuat semua terasa mudah dan bahagia. Keramahan
yang tercermin dari penduduk desa yang tak akan pernah aku jumpai di keramaian
kota. Belum kenal pun kalau ada orang yang lewat pasti disapa, disuruh mampir
kerumah, lah gimana jadinya kalau permintaan mereka semua aku kabulin, jadi aku
mampir di setiap rumah mereka satu per satu, HAHAHA, fenomena ini ada dan nyata
di desa deket hutan pinus daerah Ketep.
Aku
menikmati perjalanan hidupku ini, perjalanan yang kadang sangat membuatku
bahagia, tak luput sedih dan menangis, atau hanya sekedar bisa mengucap syukur
atas kuasa-Mu..
Satu per
satu ya..
Maksudnya
sekarang hidupku sudah lebih tertata, aku juga harus memikirkan masa
depanku sendiri. Sebenarnya tidak ada yang menuntut aku untuk bekerja di perusahaan lain, orang
tuaku sekalipun, karena mereka sudah punya usaha/bisnis sendiri yang sewaktu dirumah aku cukup membantu dalam menjalankan bisnis tersebut, bahkan sudah
akan membuat cabang baru untuk kuurus sendiri. Namun kalau belum bisa mandiri
dalam artian bekerja sendiri tanpa bantuan orang lain aku belum cukup berguna,
pikirku dulu. Banyak teman yang bilang “buat apa kerja, selama ikut
orang itu ga enak, enakan punya usaha sendiri, aku pun pengen banget punya
usaha.” Yaiya sih dulu jauh sebelum sekarang aku juga sempat beberapa bulan
bekerja ya rasanya gitu lah pasti ada enak dan enggaknya, dan beberapa bulan
yang lalu juga sempat coba bekerja tapi ga betah karena kerjaannya.
Iya, ridho
Alloh itu ada pada ridho orang tua. Untuk medapatkan pekerjaan yang baik aku
sudah mencoba untuk melamar pada perusahaan-perusahaan besar seperti beberapa
perusahaan BUMN, namun selalu gagal pada tahap-tahap akhir. Sempat aku mikir
apa karena orang tuaku kurang meridhoi aku bekerja disitu, tapi perasaan orang
tuaku juga suka-suka aja kalau aku bisa mandiri bekerja. Tapi memang orang tuaku dulu
sempat bilang lebih suka kalau aku bekerja di pemerintahan menjadi PNS, kalau enggak mending buat usaha sendiri aja jangan kerja di perusahaan swasta. Bukan memandang
remeh perusahan swasta, tapi ini cuma passion dan keinginan orang tua. Apakah
semua itu merupakan sebuah clue?
Oke akhir
tahun 2013 ada pendaftaran CPNS. Aku pun ikut mengadu nasib disana, aku melamar
di beberapa instansi pemerintah untuk cadangan. Antara keyakinan, keinginan,
doa, dan lara hatiku saat itu. Proses demi proses aku nikmati, saat sakit pun
aku ikut tes, tidak berharap lebih hanya yang terbaik untuk semuanya. Waktu
demi waktu aku lewati, sangat sibuk untuk persiapan terbaik untuk hal yang
terbaik. Ya inilah saatnya perjuangan dan doaku tak sia-sia, semoga inilah
jalan yang terbaik untukku. Aku lolos menjadi CPNS di salah satu instansi pemerintah, puji
syukur aku panjatkan kehadirat-Mu ya Alloh, berilah kemudahan dan kelancaran
untuk jalanku ke depan, semoga barokah, aamiinn ya Alloh.
Inilah
pembelajaran terbesar dalam hidupku yang sungguh baru aku nikmati dan sadari
akan kuasa-Mu. Satu demi satu pelajaran dalam hidup Kau beri untukku, tidak
kurang tidak lebih, runtut tak terselingi, semoga aku senantiasa menjadi orang
yang lebih baik, aamiin ya Robbal’alamin.
0 comments:
Post a Comment